bibia.id
Bibia.id

Menelisik Fenomena Childfree, Benarkan akan Terjadi di Indonesia?

0

‘Banyak anak banyak rezeki’, berawal dari istilah inilah yang mungkin menjadi salah satu alasan tingginya populasi di Indonesia. Namun, seiring perkembangan zaman, fenomena childfree pun muncul.

Hal ini terbukti dengan banyaknya negara yang mulai mengalami krisis populasi, yang akhirnya memilih mendatangkan warga negara asing demi memajukan negaranya.

Bagaimana dengan pemahaman childfree bagi masyarakat Indonesia? Akankah Indonesia akan mengalami penurunan populasi seperti di negara-negara lainnya?

Fenomena Childfree di Beberapa Negara di Dunia

Childfree adalah keputusan yang diambil oleh pasangan suami istri untuk tidak memiliki keturunan. Alasan yang mendukung keputusan ini bisa berbagai macam, mulai dari faktor ekonomi, keinginan untuk dekat dengan pasangan, hingga faktor kesehatan.

Fenomena childfree dapat dilihat dari segi angka kelahiran baru yang sangat rendah. Seperti di Saint Pierre and Miquelon, menurut catatan The World Factbook Central Intelligence Agency, negara tersebut menduduki peringkat pertama dengan kelahiran 6,47% per 1.000 penduduk tahun 2022.

Di tahun yang sama, Monako menempati peringkat kedua dengan angka 6.66% kelahiran per 1.000 penduduk. Dari data yang sama, Korea Selatan berada di urutan keempat dengan angka 6,92% dan Jepang di peringkat keenam dengan angka 6,95%.

Selain data tersebut, upaya yang dijalankan pemerintah setempat untuk meningkatkan populasi pun menjadi cerminan kehidupan childfree. Misalnya, pemerintah Jepang yang memberikan warganya subsidi sebesar 500.000 yen ketika memiliki anak.

Bantuan yang berlaku April 2023 ini juga termasuk subsidi medis menyesuaikan usia anak dan pendapatan. Hal yang sama juga terjadi di Finlandia, di mana pemerintah memberikan sampai 1.000 euro untuk warganya yang memiliki anak.

Bagaimana dengan Childfree di Indonesia?

Pertanyaan terbesar, akankan fenomena childfree di Indonesia  berlangsung? Yang mana Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar keempat di dunia. Pedoman ‘Banyak anak banyak rezeki’, apakah masih akan terus berlanjut?

Jika melihat dari survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia tahun 2023, angka childfree meningkat dari empat tahun terakhir. Hasil survei tersebut pun menyatakan setidaknya ada satu dari 1.000 perempuan usia 15-49 memilih untuk childfree.

Beberapa alasan pun dipaparkan oleh BPS, mulai dari banyaknya perempuan yang lebih memilih untuk mengejar pendidikan yang lebih tinggi. Ada juga yang sadar bahwa mengalami kesulitan faktor ekonomi membuatnya tidak ingin memiliki anak.

Menilik dari data BPS, bisa jadi Indonesia akan mengalami penurunan populasi karena fenomena childfree. Namun, untuk bisa sampai ke kondisi minimnya populasi, seperti di Jepang, Korea Selatan atau Singapura masih sangat lama.

Apalagi mengingat saat ini Indonesia masih memiliki total populasi mencapai 279.072.446 penduduk di tahun 2024. Ditambah lagi dengan paham di agama-agama yang diakui di Indonesia yang tidak memperbolehkan childfree.

Plus Minus Childfree bagi Keluarga

Lalu, bagaimana sebaiknya kita menyikapi fenomena yang sedang berlangsung ini? Sebagai keluarga, penting untuk memahami plus minus ketika ingin memiliki anak.

Sisi positif dari childfree bisa dari tidak adanya beban tambahan dari segi finansial, sehingga menurunkan tingkat kemiskinan. Childfree juga bisa menurunkan angka kematian anak karena orang tua yang belum sia.

Segi negatifnya, pasangan tidak akan merasa kebahagiaan menjadi orang tua. Timbulnya konflik keluarga sangat mungkin terjadi di masa depan.

Masih banyak fenomena-fenomena lain yang terjadi di dunia sosial seperti sekarang. Jika ingin mencari tahu lebih banyak bisa cek langsung di https://cynical-c.com/, yang menghadirkan banyak informasi menarik seputar politik dan dunia sosial.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.